Tugas PENYAKIT JANTUNG KORONER YUSUP SURYA 1910301225
PENATALAKSAAN
FISIOTERAPI PADA KASUS
PENYAKIT JANTUNG
KORONER
A. Definisi
Penyakit jantung koroner adalah penyakit dimana terjadi
penumpukan plak yang menumpuk di dalam arteri koroner, sehingga terjadi
pengurangan pasokan oksigen ke jantung. Arteri koroner merupakan arteri yang
memasok darah kaya oksigen ke dalam otot jantung. Plak yang menumpuk di arteri
koroner disebut arterosklerosis. Plak yang mengeras atau pecah dapat
mempersempit arteri koroner dan mengurangi aliran darah yang kaya oksigen ke
jantung. Jika aliran darah yang kaya oksigen ke otot jantung berkurang, akan
menyebabkan manifestasi klinis berupa angina pectoris atau serangan jantung.(
Suputra, 2015)
B. Etiologi
Penyakit jantung koroner biasanya disebabkan oleh
ateroklerosis, sumbatan pada arteri koroner oleh plak lemak dan fibrosa.
Penyakit jantung koroner ditandai dengan angina pectoris, sindrom
koroner akut, dan atau infark miokardium (Lemone, Burke,
Bauldoff, 2015). Penyebab primer penyakit arteri koroner adalah inflamasi dan
pengendapan lemak di dinding arteri (Black & Hawks, 2014).
C. Anatomi
Jantung adalah organ otot yang berongga dan berukuran
sebesar kepalan tangan. Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke pembuluh
darah dengan kontraksi ritmik dan berulang.Jantung normal terdiri dari empat
ruang, 2 ruang jantung atas dinamakan atrium dan 2 ruang jantung di bawahnya
dinamakan ventrikel, yang berfungsi sebagai pompa. Dinding yang memisahkan
kedua atrium dan ventrikel menjadi bagian kanan dan kiri dinamakan septum.
Jantung terletak di rongga dada, diselaputi oleh suatu membran pelindung yang
disebut perikardium. Dinding jantung terdiri atas jaringan ikat padat yang
membentuk suatu kerangka fibrosa dan otot jantung (Aryati, 2015)
D. Patologi
Penyakit jantung koroner diawali dengan terbentuknya plak
aterosklerosis. Plak ini dapat terbentuk melalui suatu proses inflamasi kronik
yang melibatkan peran lipid, thrombosis, sel-sel imun, dan dinding vaskular
dalam patofisiologinya. Seiring berjalannya waktu dan adanya beberapa faktor
risiko, proses ini akan semakin berkembang menjadi penyakit yang berhubungan
dengan aterosklerosis, seperti PJK dan komplikasinya. Proses ini diawali dari
proses oksidasi kolesterol yang terkandung di Low Density Lipoprotein (k-LDL)
menjadi LDL teroksidasi (Ox LDL) yang bersifat lebih
aterogenik. Penyakit jantung koroner terjadi apabila pembuluh darah
yang mengandung lipoprotein, kolesterol, sisa –sisa jaringan dan terbentuknya
kalsium pada pembuluh darah. Hal ini akan terjadi kekurangan supply oksigen dan
nutrisi sehingga menimbulkan infark myocard. Kolesterol dibawa oleh beberapa
lipoprotein antara lain VLDL (Very Low Density Lipoprotein) sebagai pengangkut
dan salah satu penumpangnya yaitu trigliserida, LDL (Low Density Lipoprotein)
dan HDL (High Density Lipoprotein) membawa hampir semua kolesterol.HDL akan
menurunkan resiko penyakit jantung. Kadar kolesterol total dan kadar kolesterol
LDL (Low Density Lipoprotein)akan mempengaruhi resiko penyakit jantung koroner.
(Siyanturi, 2019)
E. Faktor Resiko
Menurut “American Heart Asosiation” yang dikutip oleh
Manjorang, dkk. (2013), faktor risiko dapat dibagi menjadi tiga golongan,
yaitu:
1. Faktor risiko utama
(major risk factor)
a. Kadar kolesterol
tinggi
Penyebab
PJK adalah endapan lemak pada dinding arteri koroner, yang terdiri
dari kolesterol dan zat buangan lainnya. Kolesterol
diedarkan dalam darah melalui molekul yang disebut lipoprotein. Ada dua jenis
lipoprotein, yaitu low-density lipoprotein (LDL), and high-density lipoprotein
(HDL).
b. Tekanan darah tinggi
atau hipertensi
Tekanan darah tinggi menambah kerja jantung sehingga dinding
jantung menebal dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner. Secara umum
dikatakan menderita hipertensi bila tekanan darah sistolik/diastoliknya di atas
140/90 mmHg.
c. Trombosis
Trombosis adalah
gumpalan darah pada arteri atau vena. Bila trombosis terjadi
pada pembuluh arteri koroner, maka berisiko terkena penyakit
jantung koroner.
2. Faktor risiko tidak
langsung (contributing risk factor)
a. Diabetes
melitus.
Diabetes meningkatkan risiko penyakit jantung koroner,
terlebih bila kadar gula darah tidak dikontrol dengan baik.
b. Kegemukan
Kegemukan (obesitas) meningkatkan risiko tekanan darah
tinggi dan diabetes. Orang yang kegemukan juga cenderung memiliki kadar HDL
rendah/LDL tinggi.
3. Faktor risiko alami
a. Usia
Risiko penyakit jantung koroner meningkat seiring usia.
Semakin tua, semakin menurun efektivitas organ-organ tubuh, termasuk sistem
kardiovaskulernya. Lebih dari 80 persen penderita jantung koroner berusia di
atas 60 tahun.
b. Keturunan
Risiko lebih tinggi bila orang tua juga terkena penyakit
jantung koroner, terlebih bila mulai mengidap di usia kurang dari 60 tahun.
c. Jenis kelamin
Jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya PJK berkaitan
dengan hormone pada laki-laki dan perempuan.
F. Tanda dan gejala
1. Rasa nyeri yang tidak
bertambah parah saat menarik napas
2. Biasanya terasa di
tengah dada, bisa menyebar kesisi kiri, kedua lengan, atau ke leher dan rahang.
3. Dada terasa seperti
sesak, terbakar, tertusuk-tusuk, atau tertekan
G. Diagnosis
1. Anamnesis
Anamnesis adalah pengambilan data yang dilakukan
doktermelalui proses wawancara kepada pasien maupun keluarga pasien. Pada
setiap pasien yang datang dengan keluhan nyeri dada secara teliti berupa letak,
kualitas, hubungan dengan aktivitas, lama serangan, dan keluhan penyerta serta
menggali segala faktor risiko dan riwayat terdahulu.
2. Pemeriksaan Fisik
Terdiri atas pengukuran tanda vital, inspeksi, palpasi,
perkusi, dan auskultasi.
3. Elektrokardiografi
(EKG)
4. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan dalam waktu 24
jam evaluasi bagi seluruh pasien dengan nyeri dada adalah sebagai berikut:
a. Profil lipid
puasa
Terdiri atas TC, LDL, HDL, dan trigliserida.
b. Glukosa puasa
c. Complete Blood
Countdan Hb
d. Biomarker jantung
5. Angiografi Koroner
H. Rehabilitasi penyakit jantung koroner
Menurut Astuti (2019) ada beberapa program rehabilitasi
jantung yang bisa dilakukan sebagai berikut:
1. Intervensi
Rehabilitasi Jantung Fase I Pre Operasi.
Intervensi rehabilitasi jantung fase I yang dapat
dilakukan pada pre operasi , adapun jenis latihan yang dapat diberikan adalah:
a. Latihan Bernapas
Latihan yang diberikan latihan bernapas menggunakan abdomen,
bernapas dengan purse lip, dan napas dalam dianjurkan untuk pasien
yang menjalani operasi BPK. Intervensi fisioterapi pre operasi berupa latihan
bernapas yang terdiri dari napas dalam, kemudian ekspirasi dan inspirasi
panjang, bernapas menggunakan diafragma dan dikombinasikan dengan mobilisasi
ekstremitas bawah, serta latihan bernapas dengan treshold-inspirato-ry
muscle trainer.
b. Konseling psikologis.
Hasil penelitian menyatakan bahwa tingkat kecemasan pasien
yang dilakukan intervensi lebih rendah diban-dingkan dengan pasien yang tidak
dilakukan intervensi maka perlu adanya konseling psikologis.
c. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif sangat penting dilakukan pada pasien
pasca operasi BPK karena selama operasi pasien ter-pasang selang endotrakeal
yang dapat memicu adanya sekret di saluran pernapasan.
d. Latihan fisik
Latihan fisik yang dilakukan pada pre operasi meliputi
mobilisasi, latihan pe-regangan otot, latihan kekuatan otot, dan transfer dapat
meningkatkan fungsi pernapasan serta kekuatan otot pernapasan. latihan fisik
pada pre operasi dan kemudian dilanjutkan pasca operasi dapat meningkatkan
fungsi respirasi, kapasitas fungsional, dan mempercepat ekstubasi.
2. Intervensi
Rehabilitasi Jantung Fase I Pasca Operasi BPK
Intervensi rehabilitasi jantung fase I pada pasca operasi
fisioterapi dapat melakukan tindakan sebagai berikut:
a. Latihan fisik
Latihan fisik yang dilakukan pada rehabilitasi jantung
fase I pasca operasi meliputi mobilisasi, range of motion (ROM),
latihan aktif ekstremitas atas dan bawah, dan latihan transfer. Latihan
tersebut dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi pasien melakukan
penelitian dengan memberikan latihan fisik berupa mobilisasi dini secara
bertahap dimulai 2 jam pasca ekstubasi.
b. Latihan bernapas
Latihan bernapas dilakukan pasca operasi segera setelah
pasien di ekstu-basi dapat membantu untuk mengurangi nyeri pada dada dan
meningkatkan kapasitas fung-sional paru.
c. Latihan batuk efektif
Latihan batuk efektif dilakukan hari pertama pasca operasi
(setelah dilakukan ekstubasi) untuk membantu menge-luarkan sekret/dahak yang
ada di saluran per-napasan.
d. Edukasi
1. Jalani pola hidup
sehat dengan menghindari makanan berkolesterol tinggi
2. Hindari dan berhenti
merokok
3. Luangkan waktu untuk
berolahraga setiap hari
4. Istirahat teratur dan
cukup
I. Kesimpulan
Penyakit jantung koroner adalah penyakit dimana terjadi
penumpukan plak yang menumpuk di dalam arteri koroner, sehingga terjadi
pengurangan pasokan oksigen ke jantung. Plak yang menumpuk di arteri koroner
disebut arterosklerosis.
Penanganan kondisi ini memerlukan kerjasama antar berbagai
team medis. Fisioterapi memiliki peran dalam penanganan sebelum operasi ataupun
sesudah operasi serta masa pemulihan saat perawatan di rumah sakit sampai pada
masa rehabilitasi rawat jalan serta fisioterapi memberikan program latihan yang
bisa dilakukan oleh pasien saat di rumah.
J. Saran
Setiap intervensi yang akan diberikan pada pasien
disesuaikan dengan hasil assessment, sehingga akan di dapatkan problematika
fisioterapi guna menentukan pemilihan modalitas/intervensi fisioterapi yang
tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Aryati, R. 2015. Anatomi Fisiologi Jantung dan Sistem
Peredaran Darah Pada Manusia. Diakses pada 16 Juli 2018 melalui http://farmasina.blogspot.com/2015/05/anatomi-fisiologi-jantung-dan-sistem.html.
Diastutik, D. 2016. Proporsi Karakteristik Penyakit Jantung
Koroner Pada Perokok Aktif Berdasarkan Karakteristik Merokok. Jurnal Berkala
Epidemiologi. 4 (3): 326-337
Efry Theresia Sianturi, E.K. (2019). Pengaruh Pektin
Terhadap Penurunan Risiko Penyakit Jantung Koroner. Majority|Volume 8|
Nomor 1|Maret 2019| 162 , 162-167
Iskandar, Hadi, A, Alfridyah. 2017. Faktor Risiko Terjadinya
Penyakit jantung Koroner Pada Pasien Rumah Sakit Umum Meuraxa Banda Aceh.
Action Journal 2 (1): 32-42.
Muhammad Husein, A.W.(2019). Penting nya Rehabilitasi
Jantung Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner. Jurnal Ilmiah Kesehatan
Keperawatan Volume 15, No 1, Juni 2019, Hal. 07-11 , 07-11.
Sabirin Berampu, I.A.(2018) Incentive Spirometry and
Deep Breathing xercise Prefer To Prevent Decreased Of Lung Vital Capasity As
Good As Deep Breathing Exercise Post Coronary Artery Bypass Graft Phase. Jurnal
Keperawatan & Fisioterapi (JKF) Vol. 1 No.1 Edisi Mei-Oktober 2018
http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKF , 36-46.
Suputra, P. A. (2015). Latihan Fisik Pada Penderita
Penyakit jJantung Koroner.. Proceedings Seminar Nasional FMIPA UNDIKSHA
V Tahun 2015 , 342-246
Komentar
Posting Komentar